Memotret Kesehatan Psikologis Anak Usia Dini
Hari Kesehatan Jiwa yang jatuh pada 10 Oktober 2009, terasa menjadi momen kebangkitan bagi WHO (World Health Organization) sebagai organisasi kesehatan dunia. Betapa tidak, WHO memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengentaskan masalah kesehatan yang menimpa anak usia dini. Apalagi, berbagai persoalan kesehatan, seperti munculnya virus flu babi menjadi cacatan penting dalam mengendalikan sindroma kesehatan yang sangat akut.
Di era kontemporer ini, kita melihat berbagai persoalan anak usia dini semakin menampakkan peningkatan yang cukup signifikan. Semisal persoalan kenakalan remaja, pergaulan bebas, seksualitas, HIV dan AIDS, kehamilan, narkoba, dan pemerkosaan.
Persoalan anak usia dini tersebut merupakan bagian dari problem kesehatan psikologis dan mentalitas yang menjadi sindrom bagi kelangsungan hidup dan masa depan anak. Itulah sebabnya, masalah kesehatan jiwa bagi anak usia dini harus mendapatkan perhatian khusus dari kedokteran dan para psikolog.
Masalah kesehatan jiwa, pada dasarnya berkaitan dengan kematangan dan pertumbuhan jasmani dan rohani anak. Namun seringkali, anak usia dini tidak memperhatikan kesehatannya sendiri, karena memang kurang mendapatkan perhatian dan pelayanan terbaik dari orang tua.
Perlu disadari, bahwa masa kanak-kanak banyak diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, keinginan, kesempatan, dan seringkali menghadapi resiko-resiko kesehatan. Tidak heran bila kebutuhan untuk pelayanan kesehatan terhadap pertumbuhan anak menjadi perhatian serius di seluruh dunia.
Sindrom Reproduksi
Perhatian serius dari dunia Internasional, pada gilirannya melahirkan sebuah rekomendasi International Conference on Population and Development (ICPD) Tahun 1994, yang memiliki kepedulian untuk menciptakan berbagai program kesehatan agar dapat lebih memenuhi kebutuhan para anak usia dini di bidang kesehatan reproduksi maupun mental. Kendati demikian, program yang telah dilaksanakan masih terbatas pada negara-negara berkembang.Kalau kita melihat fakta yang terkait dengan problem kesehatan anak, seolah-olah kita dibuat tidak percaya dengan laporan beberapa peneliti.
Dari laporan UNFPA, sekitar 1 Milyar manusia-hampir 1 diantara 6 manusia di bumi ini adalah remaja (termasuk anak-anak); 85% diantaranya hidup di negara-negara berkembang. Bahkan, banyak remaja (anak usia dini) yang sudah aktif secara seksual (meski tidak selalu atas pilihan sendiri), dan kegiatan seksual menampakkan remaja pada tantangan resiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi.
Menurut Blanc (1998), setiap tahun kira-kira 15 juta remaja (anak usia dini) berusia 15-19 tahun melahirkan, 4 juta melakukan aborsi, dan hampir 100 juta terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS). Secara gobal, 40% dari semua kasus infeksi HIV terjadi pada kaum muda berusia 15-25 tahun. Prakiraan terakhir adalah setiap hari ada 7.000 ribu remaja yang terinfeksi HIV.Melihat kondisi yang demikian, maka penting kiranya untuk mengetahui resiko Kesehatan Reproduksi Remaja sebagai bagian dari pengenalan agar tidak terjebak dengan pergaulan bebas dan kenakalan remaja itu sendiri. Pertama, resiko kehamilan bagi wanita yang masih berusia muda. Kehamilan pada gilirannya akan membawa mordibitas dan mortalitas yang lebih besar dari wanita yang telah berusia di atas 20 tahun. Kedua, aborsi yang tidak aman, yang menyebabkan kematian bagi remaja putri. Ketiga, Penyakit Menular Seksual (PMS), berupa HIV dan AIDS. Keempat, Female Genital Mutilation (FGM), yaitu pemotongan alat kelamin luar wanita baik sebagian maupun secara keseluruhan.
Konseling Bagi Kesehatan Jiwa Anak
Menghadapi persoalan kesehatan jiwa, remaja dan anak usia dini seharusnya mampu memanfaatkan pusat-pusat informasi dan konseling yang terdapat di berbagai daerah sebagai bagian dari upaya untuk menimalisir resiko kesehatan yang lebih parah. Pusat-pusat informasi yang bertugas menangani masalah kesehatan, menurut saya, sangat membantu anak untuk memahami pentingnya kesehatan di usia muda.Begitu juga dengan pemanfaatan konseling yang dinilai cukup efektif untuk membantu persoalan anak, karena melalui konseling ini, anak akan diberi berbagai penyuluhan berkaitan dengan resiko dan akibat free sex dan lain sebagainya. Dalam pandangan Singgih D. Gunarsa (1998), konseling merupakan suatu teknik yang dipakai oleh anggota suatu bidang keahlian tertentu, khususnya pekerjaan sosial, psikologi, pendidikan dan agama.
Untuk mengatasi persoalan kesehatan pada anak usia dini, maka diperlukan adanya program yang dinilai efektif untuk mengurangi maraknya pesta seks, narkoba, dan pelecehan seksual bagi remaja putri. Program yang ditawarkan mesti dapat memberikan informasi dan pelayanan secara khusus, sekaligus membantu remaja untuk mengembangkan pengambilan keputusan, kreativitas dan keterampilan utama yang lain.
Pertama
penyediaan pelayanan klinis yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang terlatih untuk menghadapi masalah reproduksi dan kontrasepsi yang dinilai sangat peka, sehingga mempermudah akses anak usia dini untuk berkonsultasi tentang persoalan kesehatan reproduksi.Kedua
pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi merupakan hal yang sangat penting bagi setiap program yang dilaksanakan. Selain dari petugas kesehatan, pemberian informasi ini juga bisa dilakukan oleh orang tua sebagai informan pertama yang dianggap memahami kondisi kesehatan anak mereka.Ketiga
mengembangkan kemampuan praktis untuk meningkatkan kesehatan mereka. Salah satu pendekatan untuk menghadapi tantangan ini adalah “pilihlah masa depan”. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan dorongan moril kepada anak usia dini, agar lebih terorientasi pada kepentingan kesehatan dan kelangsungan masa depan hidupnya kelak.Keempat
menjamin program yang cocok dan relevan bagi kesehatan, sehingga akan terbangun sebuah layanan kesehatan yang benar-benar efektif untuk membantu persoalan remaja.Dengan demikian, masalah kesehatan secara umum menjadi hal yang sangat penting untuk membangun generasi anak Indonesia yang sehat, mandiri, tegar, dan bertanggung jawab atas masa depan bangsa.
Selain itu, anak yang memiliki mental dan moral yang kuat adalah bagian dari gambaran generasi muda Indonesia yang berorientasi masa depan dan menjadi harapan bangsa agar mencapai kemajuan yang didambakan.